Pagi ini tidak seperti biasanya, Rani tampak murung dan mengunci diri di kamar. Padahal biasanya dia akan meminta Mang Udin mengantarnya untuk jogging di senayan atau menyuruh Bik Iyem membuatkan perbekalan untuk piknik ke beberapa tempat wisata terdekat, seperti; kota tua, museum, taman mini, monas, ragunan, atau malah ke puncak. Kali ini ia hanya melewatkan akhir pekannya dengan nonton TV sambil mengunyah pop corn caramel favoritnya dikamar. Bik Iyem dengan ragu mengetuk pintu nona majikannya itu. Hendak menanyakan ada apa gerangan sedari pagi Rani tidak juga keluar dari kamarnya, padahal dia tahu betul bahwa Rani tergolong anak yang rajin dan suka bangun pagi.
Magetan City: Mama Baru Buat Papa
Pagi ini tidak seperti biasanya, Rani tampak murung dan mengunci diri di kamar. Padahal biasanya dia akan meminta Mang Udin mengantarnya untuk jogging di senayan atau menyuruh Bik Iyem membuatkan perbekalan untuk piknik ke beberapa tempat wisata terdekat, seperti; kota tua, museum, taman mini, monas, ragunan, atau malah ke puncak. Kali ini ia hanya melewatkan akhir pekannya dengan nonton TV sambil mengunyah pop corn caramel favoritnya dikamar. Bik Iyem dengan ragu mengetuk pintu nona majikannya itu. Hendak menanyakan ada apa gerangan sedari pagi Rani tidak juga keluar dari kamarnya, padahal dia tahu betul bahwa Rani tergolong anak yang rajin dan suka bangun pagi.
Opini Kompas
Media ternyata menjadi biang keladinya
Maraknya berbagai media, baik cetak maupun elektronik yang menayangkan berita-berita seputar pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan atau yang memiliki nama asli Very Idam Heniansyah di Jombang, Jawa Timur tak urung membuat kita bergidik ngeri. Bahkan juga menimbulkan tanda tanya besar dalam hati kecil; “Kenapa ya orang yang dikenal ramah, sopan, dan mempunyai latarbelakang religiusitas tinggi seperti itu bisa-bisanya melakukan aksi pembunuhan?”.
Maraknya berbagai media, baik cetak maupun elektronik yang menayangkan berita-berita seputar pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan atau yang memiliki nama asli Very Idam Heniansyah di Jombang, Jawa Timur tak urung membuat kita bergidik ngeri. Bahkan juga menimbulkan tanda tanya besar dalam hati kecil; “Kenapa ya orang yang dikenal ramah, sopan, dan mempunyai latarbelakang religiusitas tinggi seperti itu bisa-bisanya melakukan aksi pembunuhan?”.
Kencan Pertama
Cerpen Mayshiza Widya*
"Selamat malam, Ene! Gaunmu indah, kau tampak anggun", puji Gray di pesta dansa malam itu. Kami baru kenal lima menit yang lalu. Aku tersanjung, tersipu, wajahku sedikit memerah. Gray mengulurkan tangannya, dan aku menyambutnya dengan bangga. Digapitnya tanganku yang dingin di atas pundaknya, dan kedua tangan Gray melingkar di pinggangku. Kami bergoyang mengikuti alunan musik, ke kanan dan ke kiri. Dadanya yang lapang menyentuh lembut dadaku. Kurasakan detak jantungnya berhitung. Satu-satu. Bahkan aroma nafasnya menyerengak di hidungku.
"Selamat malam, Ene! Gaunmu indah, kau tampak anggun", puji Gray di pesta dansa malam itu. Kami baru kenal lima menit yang lalu. Aku tersanjung, tersipu, wajahku sedikit memerah. Gray mengulurkan tangannya, dan aku menyambutnya dengan bangga. Digapitnya tanganku yang dingin di atas pundaknya, dan kedua tangan Gray melingkar di pinggangku. Kami bergoyang mengikuti alunan musik, ke kanan dan ke kiri. Dadanya yang lapang menyentuh lembut dadaku. Kurasakan detak jantungnya berhitung. Satu-satu. Bahkan aroma nafasnya menyerengak di hidungku.
Bunting
Oleh : Mayshiza Widya
Ibu pernah bercerita tentang tetangga Bulek di kota yang bunting duluan sebelum menikah. Eh, hamil. Saat itu aku tak memberi komentar apa-apa, hanya tertawa sengit. Karena ekspresi itu bisa bermakna ganda. Kemungkinan pertama, aku dianggap menertawakan kebodohan mereka yang kecolongan. Kok bisa sih sidah banyak beredar “pengaman”, tapi tetep bocor juga.
Kemungkinan yang kedua, aku turut bahagia atas keberhasilan mereka memproduksi anak. He…he…he…
Ibu pernah bercerita tentang tetangga Bulek di kota yang bunting duluan sebelum menikah. Eh, hamil. Saat itu aku tak memberi komentar apa-apa, hanya tertawa sengit. Karena ekspresi itu bisa bermakna ganda. Kemungkinan pertama, aku dianggap menertawakan kebodohan mereka yang kecolongan. Kok bisa sih sidah banyak beredar “pengaman”, tapi tetep bocor juga.
Kemungkinan yang kedua, aku turut bahagia atas keberhasilan mereka memproduksi anak. He…he…he…
Langganan:
Postingan (Atom)