Selamat Idul Fitri 1432 H


Mumpung masih syawal nih, Mayshiza widya mau ngucapin Selamat Hari Raya Idul Fitri, 1432 H. Minal Aidhin Wal faizin. Mohon maaf, lahir dan batin ya...
Mudah-mudahan hari kemenangan ini tidak sekedar ritual atau ceremonial, tapi adalah sebuah titik awal bagi kita untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah.
Dan bersamaan dengan kembali fitrahnya kita, harapan baik selalu kita panjatkan agar keimanan kita bertambah, segala amal perbuatan yang kita laakukan hanya karena Lillahi ta’ala, dan kita senantiasa mendapatkan keberkahan dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Sehingga kita bukan termasuk golongan orang-orang yang merugi dan celaka, amin.
*Gambar: SubkhiOke

Ramadhan Membawa Berkah


Ramadhan ternyata memberikan berkah yang tidak sedikit, selain meningkatkan iman dan ketaqwaan kita kepada Allah. Ternyata berkah ramadhan yaang luar biasa juga membawa beberapa tulisan saya dimuat di media. 
Salah satunya berbicara tentang ramadhan yang tidak hanya merupakan ritual peribadataan yang di muat di Bukit Tinggi.
Linknya ada disini

Artikelku Dimuat


Ngobrolin trend kaos yang popular dan jadi favorit banyak kalangan, mulai dari tua, muda, remaja, bahkan anak-anak, membuat saya ingin menuangkannya dalam bentuk artikel.
Hm, ternyata ketika saya coba kirim ke Puncak Bukit. Beberapa hari kemudian langsung dikonfirmasi bahwa tulisan yang itu dimuat lho! Ah, senengnya. Lumayanlah buat traktir bakso seluruh keluarga, hehe.
ini nih linknya disini

Be Yourself


Oleh Mayshiza Widya*
Anis menuruni anak tangga dengan lesu, langkahnya gontai, rambutnya acak-acakan dan wajahnya kucel, terlihat kalau baru bangun tidur. Ia masih mengenakan piama kesayangannya yang bergambar Tedy Bear, padahal sengatan sinar matahari dari balik jendela menunjukkan kalau hari sudah siang. Mama memang sengaja tidak membangunkannya, lebih tepatnya ia tidak tega mengganggu tidur Anis yang pulas dan tampak kelelahan.

Gara-Gara Notbook


Oleh Mayshiza Widya*
Anis melompat kegirangan melihat mama pulang membawa notebook impiannya. Ia memeluk mama sambil menciumi kedua pipi mama secara bergantian. “Mama, I love u full!” teriak Anis ketika menerima benda yang diinginkannya.

Sajak Cinta


Seuntai Pengharapan
Oleh Mayshiza Widya


Katamu aku kelopak mawar yang sedang kuncup
Semerbak wangiku burai dan mengundang lebah berdatangan
Tapi keindahanku tersaput duri yang tajamnya menorehkan luka

Sebait Sajak


Putus cinta

Oleh Mayshiza Widya*

Porak aku dibaris lampau
Menyeruak, terserak
Menangisi musim yang beralih
Daun-daun yang gugur
Juga kenang yang mengenang

Sepucuk Surat Untuk Indonesia


Rindu Indonesiaku


Aku rindu negeriku yang damai, permai; Bukan negeri yang penuh dengan para koruptor yang putus urat malunya. Aku rindu negeriku yang gemah ripah loh jinawi, subur sarwo tinandur; bukan negeri  yang dipenuhi berbagai project gedung-gedung pencakar langit yang melahirkan banjir dan penggusuran lahan secara paksa. Aku rindu pada kampung halaman, pada tanah pertanian, pada negeri agraris; bukan negeri industry yang memiskinkan rakyatnya, yang penuh dengan polusi, dan limbah pabrik yang mencemari lingkungan.

Tulisan lawas 2009 [Di Stasiun Kereta]



Cerpen Mayshiza Widya*

Pkl 16.05. Masih hari sabtu. Di bawah pancaran senja yang melumer. Perempuan berwajah sendu itu duduk terpekur menunggu antrean tiket kereta api. Mudik ialah hal yang dinanti-nanti oleh orang perantauan sepertinya. Tapi mimik gusar itu justru menampakkan kegamangan dalam hati.

Tulisan lawas - Ariel : Symbol Tindak Kekerasan Terselubung



Oleh Mayshiza Widya*

“Jika karena kelamin
dan payudara yang mengembang
kita dinistakan
Kenapa tak kita tuntut saja Tuhan”
Puisi Yunis Kartika yang berjudul “Tuntut saja, Tuhan” ini merupakan ungkapan kepedihan perempuan akibat ketidakdilan gender. 

Blora Dan Penghianatan Lambang Kabupaten



Oleh Mayshiza Widya*
 “Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya,” demikianlah sikap yang terus dipegang teguh oleh Pramoedya Ananta Tour, seorang sastrawan kelahiran Blora yang pernah menjadi korban dari kekejaman kekuasaan orde baru. 

Bandeng Kuah Pedas Manis



Bahan :
Ø  3 ekor ikan bandeng segar, cuci bersih potong menjadi 2 bagian kepala dan ekor
Ø  50 gr santan kental
Ø  5 lembar daun kemangi
Ø  ½ sdt garam
Ø  ½ sdt gula pasir

Sub Jamur Jagung


Praktis dan lezat. Isinya dapat disesuaikan dengan persediaan di lemari es. Jika tak ada susu kental, susu cair pun tak masalah. Sajikan saat hangat agar aromanya menggugah selera.
Bahan:
2 sdm minyak goreng
½ buah bawang bombay, iris tipis
2 siung bawang putih, haluskan
1 batang daun bawang, iris tipis

Camilan enak, bergizi


Bakwan tahu jamur

Bahan :
Ø  15 potong tahu, cincang kasar
Ø  10 buah jamur  merang, disuwir kecil-kecil
Ø  300 gr tepung terigu
Ø  1 butir telur

Opini: Negara Anti Rakyat


Oleh Mayshiza Widya*

Berita di TV, Koran, dan media elektronik seperti internet telah banyak mengungkap berbagai fakta tentang sepak terjang pejabat Negara yang korup. Berbagai persoalan perlahan namun pasti mencuat dimuka publik satu persatu. 

Teh arab



Oleh Mayshiza Widya*

Pak makmun pernah menjadi orang terpandang di kampungnya. Kata “Pernah” barangkali terasa ganjal, tapi memang demikian adanya. Dulu beliau adalah seorang kepala desa sekaligus tuan tanah yang sangat kaya dan memiliki banyak karyawan untuk dipekerjakan di perkebunannya yang berhektar-hektar.

Macet dan banjir; persoalan klise



Oleh Mayshiza Widya*

Kendaraan pribadi kini bukan lagi merupakan barang mewah, pasalnya hal itu sudah menjadi kebutuhan hidup masyarakat. Sehingga meledaknya permintaan pasar terhadap kendaraan pribadi seperti; mobil dan motor nyatanya memicu munculnya persoalan pelik di masyarakat yang sulit diurai. Kemacetan dikota-kota besar tak ayal nyaris terjadi setiap hari, terlebih di jam-jam sibuk seperti berangkat-pulang sekolah dan berangkat-pulang kerja.

Sadar Untuk Bertindak



Oleh Mayshiza Widya*

“… Serangan musuh dapat dilumpuhkan, namun tiada tentara yang mampu menahan sebuah ide yang tiba waktunya menyatakan diri” (Victor Hugo)
Kebutuhan kapitalisme saat ini akan tenaga kerja terlatih dalam jumlah besar merangsang adanya ekspansi universitas untuk mencetak “proletarisasi” tenaga intelektual yang tunduk kepada tuntutan-tuntutan kapitalis.

Magetan City: Mama Baru Buat Papa



Pagi ini tidak seperti biasanya, Rani tampak murung dan mengunci diri di kamar. Padahal biasanya dia akan meminta Mang Udin mengantarnya untuk jogging di senayan atau menyuruh Bik Iyem membuatkan perbekalan untuk piknik ke beberapa tempat wisata terdekat, seperti; kota tua, museum, taman mini, monas, ragunan, atau malah ke puncak. Kali ini ia hanya melewatkan akhir pekannya dengan nonton TV sambil mengunyah pop corn caramel favoritnya dikamar. Bik Iyem dengan ragu mengetuk pintu nona majikannya itu. Hendak menanyakan ada apa gerangan sedari pagi Rani tidak juga keluar dari kamarnya, padahal dia tahu betul bahwa Rani tergolong anak yang rajin dan suka bangun pagi.



Opini Kompas

Media ternyata menjadi biang keladinya

Maraknya berbagai media, baik cetak maupun elektronik yang menayangkan berita-berita seputar pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan atau yang memiliki nama asli Very Idam Heniansyah di Jombang, Jawa Timur tak urung membuat kita bergidik ngeri. Bahkan juga menimbulkan tanda tanya besar dalam hati kecil; “Kenapa ya orang yang dikenal ramah, sopan, dan mempunyai latarbelakang religiusitas tinggi seperti itu bisa-bisanya melakukan aksi pembunuhan?”.


Kencan Pertama

 Cerpen Mayshiza Widya*

"Selamat malam, Ene! Gaunmu indah, kau tampak anggun", puji Gray di pesta dansa malam itu. Kami baru kenal lima menit yang lalu. Aku tersanjung, tersipu, wajahku sedikit memerah. Gray mengulurkan tangannya, dan aku menyambutnya dengan bangga. Digapitnya tanganku yang dingin di atas pundaknya, dan kedua tangan Gray melingkar di pinggangku. Kami bergoyang mengikuti alunan musik, ke kanan dan ke kiri. Dadanya yang lapang menyentuh lembut dadaku. Kurasakan detak jantungnya berhitung. Satu-satu. Bahkan aroma nafasnya menyerengak di hidungku.

Bunting

 Oleh : Mayshiza Widya

Ibu pernah bercerita tentang tetangga Bulek di kota yang bunting duluan sebelum menikah. Eh, hamil. Saat itu aku tak memberi komentar apa-apa, hanya tertawa sengit. Karena ekspresi itu bisa bermakna ganda. Kemungkinan pertama, aku dianggap menertawakan kebodohan mereka yang kecolongan. Kok bisa sih sidah banyak beredar “pengaman”, tapi tetep bocor juga.
Kemungkinan yang kedua, aku turut bahagia atas keberhasilan mereka memproduksi anak. He…he…he…

Hindarkan Kudapan Manis Pada Si Kecil



Oleh Mayshiza Widya*

Coklat, permen, dan aneka kudapan serba manis tentunya membuat semua orang suka. tak terkecuali dengan anak-anak. tapi kebiasaan mengkonsumsi kudapan manis terlalu berlebihan tentunya akan berdampak buruk bagi kesehatan. Resiko diabetes, memicu kenaikan berat badan (obesitas), karies gigi, dan resiko terserang penyakit jantung. 

Haru dan Aku : Kasih Tak Sampai


Oleh Mayshiza Widya*

Aku sudah lama melirikmu, sesekali mengedipkan mata, tapi tak jua kau hiraukan. Bahkan ketika sapa manjaku kulantunkan sebagai lagu cinta untuk kupersembahkan padamu, kau tetap tak bergeming. Haru, aku telah lama memendam hasrat untuk bisa menerbitkan novel, antologi puisi, atau antologi cerpen melalui dirimu. 

Reforma agraria : gerbang bagi perubahan Indonesia


                      
Oleh : Mayshiza Widya*

“…Beberapa juta jiwa sekarang hidup dalam keadaan pagi makan, petang tidak. Mereka tidak bertanah dan beralat lagi, tidak berpengharapan dibelakang hari. Kekuasaan atas tanah pabrik, alat-alat pengangkutan, dan badan perdagangan, kini semuanya dipusatkan dalam tangan beberapa sindikat…”, (Tan Malaka)


Tokoh :


Mengenang Che; Revolusi Sampai Mati


”Kewajiban paling suci seorang pejuang, berjuang menentang imperialisme dimana pun ia berada”,

Itulah pesan yang selalu diajarkan oleh Ernesto ”che” guevara kepada orang-orang yang dijumpainya. Yang menyebabkan pula ia mampu bertanah dalam kelaparan untuk menunaikn kewajiban revolusinya. Baginya, manusia bukan seongkok perut. Ia percaya bahwa laparnya demi martabat yang membuat dirinya hidup terus dalam semangat seorang gerilyawan. Sebagaimana yang diungkapkannya;
”...perhatian pertama seorang gerilyawan bukanlah untuk menyelamatkan diri, tapi bagaimana mati secara terhormat. Setiap gerilyawan harus siap mati, bukan mempertahankan gagasan, tetapi mentransformasikannya dalam realitas. Setiap gerilyawan hrus menunjukkan upaya moral tanpa cela dan kontrol diri yang ketat... dia harus menjadi seorang yang asketik, dan harus selalu menolong petani secara teknis, ekonomis, moral, dan kultural.”

Golputmu, golput yang mana?


Oleh : Mayshiza Widya.*
“Pemilihan umum telah menipu kita
Seluruh rakyat di paksa gembira
Hak demokrasi dikebiri, rakyat kita belum merdeka
Wakil rakyat tidak dapat dipercaya, untuk itu kita golput saja…”
Kutipan lagu “Golput” yang diplesetkan dari lagu “Pemilihan umum” kerap kali terdengar dicuping telinga kita oleh para aktivis pergerakan yang melakukan aksi demonstrasi. Mereka memberikan pernyataan, bahwa “Golput” dianggap sebagai sikap politik dalam pemilihan bupati, guberrnur, wali kota, bahkan presiden. Hal ini tidaklah mengherankan, teriakan “Golput” disepanjang jalan tersebut bisa jadi sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem yang sudah bobrok di negeri ini.